Dalam pelajaran Matematika, Kimia dan Fisika, kita sudah dijejali puluhan rumus sejak Sekolah Dasar. Rumus itu ada yang berguna sampai kapanpun, ada juga yang bahkan saya ragukan kegunaannya dalam kehidupan. Lalu kenapa kita begitu keras menghafalkan rumus-rumus itu?
Dapat nilai bagus, jelas. Bisa lulus UN dengan nilai terbaik, tentu saja. Persiapan menghadapi berbagai tes seperti SNMPTN, pasti. Tapi, kenyataannya, metode kita menghafal rumus itu benar-benar aneh. Ditelan bulat-bulat tanpa tahu, kenapa begini, kenapa begitu? Jadi benarlah kata teman saya. Jika kita mendapat satu rumus, pasti tiga rumus akan hilang dari otak kita. Agak kasar, memang. Tapi, sedikit banyak, benar juga jika kita terus menghafalkan rumus satu persatu.
Saya sering bingung dan pusing sendiri ketika ada yang menghafalkan rumus satu persatu, sambil diucapkan keras-keras. Nggak bisa tenang dikit apa? Lagian, emangnya bisa masuk dengan efektif kalo kayak gitu? Lucunya, banyak rumus yang sebenarnya bisa diwakili oleh satu rumus saja, namun tetap dihafalkan semuanya. Mau contoh?
Logika Matematika. Saya masih ingat, teman-teman saya sekelas sangat ribut menghafalkan, B dan B jadi B, B dan S jadi S, Jika B maka S kesimpulannya S, dsb (mohon maaf, saya tidak bermaksud mengejek teman-teman saya. Saya hanya ingin mengkritik metode mereka). AAARRRGGH! Saya sering pusing sendiri kalau sudah pada teriak kayak gitu.
Padahal, keempat logika itu (dan, atau, jika maka, jika dan hanya jika) bisa dihafalkan dan dikompres dalam empat kalimat, tanpa harus menghafalkan B dan S nya. Setidaknya, itu metode yang saya lakukan. Logika “Dan”, saya kompres menjadi “Hanya benar jika keduanya benar”. Otomatis, diluar keadaan itu, tentu saja salah. Logika “atau”, saya singkat menjadi “harus ada minimal satu kebenaran”. Logika “Jika maka”, (yang ini agak rumit) saya singkat menjadi “Jika syarat benar, kesimpulan tidak boleh salah”. Artinya, Jika B maka S, jadinya adalah S. terakhir, “jika dan hanya jika”, saya singkat menjadi “Kedua pernyataan harus sama”. Artinya, sama-sama benar atau sama-sama salah agar menghasilkan nilai “B”.
Itu masih satu bab. Masih banyak bab lain yang cara menghafal kita terlalu boros. Contohnya Trigonometri, Perpangkatan, Logaritma, Gerak, Energi, dsb. Kenapa sih, kita selalu mempersulit diri? Ada cara yang mudah, kenapa dibuat susah?
Ingat, hampir semua rumus itu tidak akan kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari (hampir lho!). Penjual cabe tidak akan repot-repot untuk mengukur sudut dan kemiringan, gradien serta jari-jari wadah agar cabenya muat (kalau ada yang mau, ya nggak tau. Tapi, masa’ ada sih?)
Jadi, jangan menyiksa diri untuk menghafalkan mereka. Sekali lagi, Ada cara yang mudah, kenapa dibuat susah sih? Atau, apakah kita ingin seperti pengandaian teman saya, Masuk rumus satu, hilang rumus tiga?